Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
bersamanya…
=========================================
Hidupku
dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika aku
melihat Selma berdiri di hadapanku seperti berkas cahaya. Perempuan itu
adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan
membuatku paham akan makna hidup…………….
Namun,
sekarangkah saatnya kehidupan akan memisahkan kita agar engkau bisa
memperoleh keagungan seorang lelaki dan aku kewajiban seorang perempuan?
Untuk
inikah maka lembah menelan nyanyian burung bul-bul ke dalam
relung-relungnya, dan angin memporakporandakan daun-daun mahkota bunga
mawar, dan kaki-kaki menginjak-injak piala anggur? Sia-siakah segala
malam yang kita lalui bersama dalam cahaya rembulan di bawah pohon
melati, tempat dua jiwa kita menyatu?
Apakah
kita terbang dengan gagah perkasa menuju bintang-bintang hingga lelap
sayap-sayap kita, lalu sekarang kita turun ke dalam jurang? Atau
tidurkah cinta ketika ia mendatangi kita, lalu, ketika ia terbangun,
menjadi marah dan memutuskan untuk menghukum kita?
Ataukah
jiwa-jiwa kita mengubah angin malam yang sepoi menjadi angin ribut yang
mengoyak-ngoyak kita menjadi berkeping-keping dan meniup kita bagai
debu ke dasar lembah? Kita tak melanggar perintah apa pun; kita pun tak
mencicipi buah terlarang; lalu apa yang memaksa kita meninggalkan sorga
ini?
Kita
tidak pernah berkomplot atau menggerakkan pemberontakan, lalu mengapa
sekarang terjun ke neraka? Tidak, tidak, saat-saat yang menyatukan kita
lebih agung daripada abad-abad yang berlalu, dan cahaya yang menerang
jiwa-jiwa kita lebih perkasa daripada kegelapan; dan jika sang prahara
memisahkan kita di lautan yang buas ini, sang bayu akan menyatukan kita
di pantai yang tenang, dan jika hidup ini membantai kita, maut akan
menyatukan kita lagi.
Hati
nurani seorang wanita tak berubah oleh waktu dan musim; bahkan jika
mati abadi, hati itu takkan hilang murca. Hati seorang wanita laksana
sebuah padang yang berubah jadi medan pertempuran; seudah pohon-pohon
ditumbangkan dan rerumputan terbakar dan batu-batu karang memerah oleh
darah dan bumi ditanami dengan tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak, ia
akan tenang dan diam seolah tak ada sesuatu pun terjadi karena musim
semi dan musim gugur datang pada waktunya dan memulai pekerjaannya…